“Dari begitu banyak laki-laki di dunia
ini, kenapa kamu memilih kakak iparku?” cecar Ditmar. Tubuh tingginya menjulang
di hadapan Kyra. Mengancam gadis mungil itu dengan sikap tubuhnya. Kyra
mendongak, balas menatap Ditmar. Berusaha tidak menunjukkan rasa takutnya di
hadapan cowok berandalan ini.
“ Bukan urusanmu!” cetus Kyra. Mendengar
itu, alis tebal Ditmar terangkat. Wajah tampannya terlihat murka. Andai ia tak
sadar kalau Kyra adalah perempuan, pasti sekarang Ditmar sudah menghajarnya habis-habisnya.
Sayangnya Kyra sangatlah perempuan, sulit baginya untuk mengabaikan hal itu. Wajahnya
cantik dan tubuhnya indah, dari jarak sedekat ini Ditmar bisa mencium parfum
yang menguar dari tubuh Kyra.
“ Tentu saja itu adalah urusanku. Lelaki
yang menjadi kekasihmu itu adalah suami kakakku. Kau boleh melacurkan diri pada
lelaki manapun yang kau mau. Itu takkan jadi urusanku selama laki-laki itu
bukan suami kakakku” geram Ditmar.
“ Kalau begitu, kenapa hanya aku yang
kau siksa? Kenapa suami kakakmu itu kau diamkan saja? Apa kau beraninya hanya
dengan perempuan?” jawab Kyra. Emosinya ikut naik.
“ Dia takkan mengkhianati kakakku kalau
perempuan murahan sepertimu tidak menggodanya.” tandas Ditmar.
“Oh, jadi aku yang murahan? Apa
pendapatmu kalau kukatakan bahwa kakak iparmu itu yang mengejarku terus? Yang
mengancam akan bunuh diri kalau aku menolaknya?”
“Tetap saja, dipandang dari sudut
manapun kamulah yang bersalah. Apa kamu sangat membutuhkan uang, heh? Memang berapa?
Sebutkan saja berapa jumlahnya dan aku akan membayarmu. Tapi segera tinggalkan Kevin.
Lagipula aku tidak keberatan punya simpanan sepertimu”
Kyra tak tahan lagi. Kata-kata Ditmar
itu terlalu menyakitkan. Gadis itu mengayunkan tangannya, hendak menampar
Ditmar. Tapi refleks Ditmar lebih cepat, cowok itu menangkap tangan Kyra lalu
memelintirnya ke belakang tubuhnya. Hingga membuat tubuh bagian depan Kyra merapat erat pada dada
Ditmar yang keras, dan ia mendapati dirinya terperangkap antara tembok di
belakangnya dan dada bidang Ditmar.
Rasa takut Kyra kini semakin kuat. Saat
ini mereka ada di sudut kampus yang sepi. Jarang ada mahasiswa yang berlalu
lalang di tempat ini. Saat Ditmar mulai menundukkan wajahnya ke wajah Kyra,
Kyra mulai panik. Dia berusaha melepaskan diri dari himpitan Ditmar, tapi
semakin ia bergerak semakin rapat Ditmar mendekapnya.
“ Lepasin aku!”
“Kenapa? Takut?” kata Ditmar, lembut
tapi mengancam. Kyra memalingkan muka, menghindari bibir panas Ditmar yang kini
menelusuri rahangnya.
“Apa yang kaulakukan?” Kyra tercekat.
“ Tenanglah, aku hanya ingin mencicipimu.
Aku tidak akan menikmati banyak-banyak”
Selesai mengucapkan itu, Ditmar menerobos
bibir Kyra dengan ganas. Serangan itu membuat Kyra tergagap sehingga ia hanya
mampu pasrah. Ciuman Ditmar begitu bertubi-tubi, melumpuhkan kesadaran Kyra.
Merasakan kepasrahan Kyra, membuat Ditmar memperlembut ciumannya. Diraihnya
tubuh Kyra hingga semakin merapat dalam pelukannya, sementara bibirnya terus
membuai, membujuk agar Kyra membalas ciumannya.
Reaksi Kyra sungguh diluar dugaan
Ditmar. Ia tak heran kalau misalnya Kyra melawan atau memberontak. Atau
membalasnya dengan ciuman yang sama bergeloranya. Tapi bukan kepolosan seperti
ini. Membuat Kyra nyaris terlihat lugu, tak berpengalaman. Tapi benarkah?
Seorang gadis yang lugu tak akan mungkin menjadi selingkuhan lelaki yang sudah
beristri.
Ketika ciuman mereka terlepas, Ditmar
menatap Kyra tajam-tajam. Wajah cantik itu nampak agak bingung. Bibir yang baru
saja dikulumnya itu terlihat sedikit bengkak, memerah dan penuh. Membuat Ditmar
ingin merasakannya lagi. Ditmar pun kembali menundukkan wajahnya, hendak
mencium Kyra lagi ketika seseorang memergoki mereka.
Orang itu adalah Vania, teman sekelas
Kyra. Vania terpekik melihat pemandangan di depannya. Dua orang yang saling
berpelukan itu terlonjak kaget. Mendapat kesempatan untuk melepaskan diri, Kyra
segera mendorong Ditmar kuat-kuat.
“ Kyra…aku ga nyangka…kamu sama Ditmar
juga? Bukannya kamu udah sama kakak iparnya Ditmar?” kata Vania, menatap Kyra
dengan jijik. Kyra menggeleng keras-keras. Wajah cantiknya kini benar-benar
terlihat panik.
“ Bukan seperti itu, Van….ini tidak
seperti yang kamu lihat”
“ Tidak seperti yang aku lihat? Apa yang
aku lihat ini sudah jelas, Ra. Aku ga nyangka kamu serendah ini”
“Van, aku…
“ Udah deh. Aku pergi aja. Maaf ya udah
ganggu kalian”
Tanpa menghiraukan Kyra, Vania pun
berlalu. Meninggalkan Kyra yang berdiri mematung. Gadis itu shock. Vania adalah
satu-satunya teman yang mau bertahan disampingnya setelah gossip tentang
dirinya menyebar di kampus. Ketika semua orang di kampus menatapnya dengan
sinis dan hina, hanya Vania yang tidak menghakiminya dan tetap menerimanya.
Tapi berkat Ditmar, kini ia telah kehilangan sahabatnya satu-satunya. Airmata
mulai menggenang di pelupuk mata Kyra.
***
Keesokan harinya begitu Kyra sampai di
kampus, ia disambut dengan tatapan sinis teman-temannya. Setiap orang yang
melihatnya menatapnya dengan pandangan
yang jelas-jelas menghina, lalu saling berbisik-bisik membicarakannya. Beberapa
orang sengaja memperkeras suara mereka hingga terdengar ke telinganya.
“ Dasar pelacur, adik iparnya diembat
juga. Gak tau diri banget”
“ Iya. Sayang ya, cantik-cantik
kelakuannya bejat.”
“ Aku penasaran berapa tarifnya. Pasti
mahal. Langganannya orang kaya semua”
Kyra menabahkan hati, mencoba
mengacuhkan ucapan-ucapan menyakitkan itu. Tak ada seorangpun yang tau apa yang
sebenarnya terjadi, tidak ada satu orangpun yang mengerti dirinya. Sebenarnya
Kyra sudah menduga akan begini resikonya dari awal. Tapi ia sendiri tidak
menyangka akan seberat ini. Semuanya jadi terasa begitu berat dengan kehadiran
Ditmar. Sejak Ditmar tahu ia berhubungan dengan Kevin, sejak itulah ia tidak
pernah membiarkan Kyra hidup tenang. Ia selalu menganggunya di kampus.
Menyiksanya dengan kata-kata kasar.
Ditmar, si troublemaker di kampus mereka
itu adalah adik ipar Kevin. Lelaki berangasan seperti Ditmar tak segan-segan
memberi pelajaran pada orang yang telah menyakiti hati kakaknya. Tak
setengah-setengah saat membalas dendam.
Semua berawal dari suatu sore tiga bulan
yang lalu. Saat itu Kevin datang kerumahnya dengan keadaan kacau. Wajah dan
pakaiannya kusut. Sepertinya ada sesuatu yang sangat berat yang menganggu
pikirannya. Kevin terlihat sangat putus asa.
Kevin sudah seperti kakak bagi Kyra. Mereka
dulu tumbuh di lingkungan yang sama. Kevin juga banyak membantu Kyra dalam
menjalani hidupnya yang sulit dulu. Hutang budi yang tak mampu ia bayar itulah
yang membuat Kyra tak mampu menolak permintaan Kevin yang gila dan tak masuk
akal itu. Meski untuk itu ia harus mengorbankan harga diri dan ketenangan
hidupnya.
Kelas ramai karena kuliah hampir
dimulai. Melihat Kyra memasuki kelas, semua mata tertuju ke arahnya. Segera
saja ia dihujani tatapan jijik dari cewek-cewek, dan beberapa cowok melempar
komentar berbau mesum.Kyra mengacuhkan itu. Ketika ia hendak duduk di sebelah
Vania, gadis itu serta merta mengusir Kyra.
“Sori, bangku ini ada yang nempatin”
kata Vania dingin. Kyra tak punya pilihan lain selain duduk di bangku belakang
yang masih kosong, tempat dimana para cowok bersarang.
Cowok-cowok bangku belakang menyambut
Kyra dengan riuh penuh semangat. Saat Kyra akan duduk di bangku kosong di
sebelah Dito, tiba-tiba seseorang menjegal kakinya. Dan Kyra pun terjatuh, isi
tasnya berhamburan keluar. Dengan marah Kyra mendongak untuk melihat siapa
orang itu, dan Kyra terpaku saat pandang matanya bersitatap dengan mata tajam
Ditmar.
“Ups, maaf. Aku tadi sengaja” kata
Ditmar tanpa penyesalan. Bahkan senyum geli tersungging di bibirnya. Dengan
cepat Kyra mengumpulkan barang-barangnya, lalu segera bangkit berdiri dan
menghiraukan rasa sakit di lututnya.
“Duduk di sebelahku” perintah Ditmar.
Melihat Kyra hendak menjauh darinya, membuat Ditmar lagi-lagi mengancam Kyra.
“ Atau harus kucium dulu baru kamu
nurut?”
Dengan kesal Kyra pun menjatuhkan
pantatnya di sebelah Ditmar.
“ Berapa tarifmu?” tanya Ditmar setengah
berbisik karena dosen sudah datang.
“Apa maksudmu?”
“Jangan pura-pura polos. Katakan berapa Kevin
membayarmu, dan aku akan memberimu dua kali lipat dari harga yang dibayar Kevin.
Tapi kamu harus meninggalkan Kevin”
“Kata siapa aku mau dengan Kevin karena
uangnya?” tantang Kyra.
“Kalau bukan karena uang lalu apa?
Jangan coba-coba menyebut kata cinta. Kata itu tidak pantas keluar dari mulut
pelacur sepertimu”
Kyra terdiam. Melihat Kyra terdiam,
Ditmar tiba-tiba merasa cemas. Apakah kata-katanya tadi terlalu kasar? Tapi
kenyataannya kan memang begitu, Ditmar mengeraskan hati. Kyra tidak berhak
untuk tersinggung.
“Kamu nggak perlu tahu”
“Beri tahu aku, berapa aku harus membayarmu
untuk meninggalkan Kevin”
“ Kamu tak perlu repot-repot. Aku tidak
sudi menyentuh uangmu”
Ditmar kembali murka. Sialan betul
perempuan ini. Masih berani bersikap sombong padanya. Aku harus memberinya
pelajaran, tekad Ditmar. Dengan cara apapun.
***
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komen...yang sopan yaaa